Iklan

Ridlo Hartamas
10 Desember 2020, 18.00 WIB
Last Updated 2023-02-07T13:15:19Z
Religi

Melihat Sejarah dan Kemajuan Pondok Pesantren Al-Hikmah, Benda Sirampog Kab. Brebes

BUMIAYU, KANGENTRAVELING.COM
- Hallo sobat traveler bagaimana kabarnya hari ini. Seperti biasa setiap hari Jum'at kita bakalan review tempat-tempat yang dianggap sebagai wisata religi. Bukan cuman Masjid tempat ibadah umat Islam kami juga akan menyajikan berbagai tempat ibadah agama lainnya. Agar kita mengetahui lebih banyak lagi tentang berbagai agama yang ada di Indonesia, tradisi, dan tempat menarik lainnya.

Nah kali ini saya akan membahas tentang Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hikmah yang berada di Desa Benda, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Ponpes ini didirikan oleh seorang Kyai Bersama KH. Kholil bin Mahali sekitar tahun 1911. Awalnya adalah karena kegelisahan beliau dari sepinya Desa Benda dari ajaran agama.

Sepulang dari menuntut ilmu agama dibeberapa Pesantren yang berada di Pulau Jawa Kyai Kholil bin Mahali mencoba untuk mengajarkan kepada masyarakat dengan metode yang sangat sederhana yaitu sistem door to door (dari rumah ke rumah). Selain itu beliau juga mengajar di rumah serta di surau surau.

Pada tahun 1922 keponakan beliau KH. Suhaimi Abdul Ghoni yang baru pulang setelah menuntut ilmu dikota Mekah membantu kiyai Kholil untuk mengani Desa Benda agar lebih maju karena kala itu termasuk desa yang terbelakang dari bidang ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan agama.

Butuh bertahun-tahun kedua kyai tersebut mengajarkan Al Quran dan ilmu agama pada masyarakat. Sekitar tahun 1930 atau setelah 19 tahun berlalu akhirnya Pondok Pesantren Al Hikmah mulai membuka pendidikan klasikal yaitu Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Ibtidaiyah Tamrinussibyan. Pada selanjutnya banyak metode pembelajaran baru yang diterapkan termasuk belajar kitab kuning.

KH. Kholil bin Mahali wafat pada tahun 1955 dan beberapa tahun kemudian disusul KH. Suhaimi. Kepemimpinan Pondok Pesantren diteruskan oleh KH. Masruri Abdul Mughni yang merupakan cucu kyai Kholil dan KH. Sodiq Suhaimi putra kyai Mahali.

Dua penerus Pondok Pesantren inilah yang akhirnya membawa Al Hikmah sangat berkembang seperti saat ini dengan santri yang jumlah puluhan ribu. Hampir semua pendidikan dari TK hingga Akademi ada disini. Pondok Pesantren yang dulu hanya ada Putra dan Putri sekarang terbagi dua yayasan yaitu Al Hikmah 1 dan Al Hikmah 2.

Dimana Al-Hikmah 1 diasuh oleh KH. Sodiq Suhaimi dan Putranya KH. Labib Sodiq Suhaimi yang tak lain adalah Mantu dari kyai masrui dan Al-Hikmah 2 diasuh oleh KH. Masruri Abdul Mughni. Dari kedua Al-Hikmah tersebut berbagai macam tingkatan pendidikan ada disini. Pengelompokan santri putra dan santri putri juga dihilangkan. Pada keduanya saat ini terdapat santri Putra maupun Putri.

Saat ini Pondok Pesantren Al Hikmah Benda memiliki beberapa komplek, seperti komplek Masjid Jami' Al-Hikmah, Komplek Ibn Mas'ud, Komplek Khufad, Komplek Masjid Annur, Koplek Al Hasan dan Alhusen, Darul Ghuroba, dan masih banyak komplek-komplek lainnya.

Kyai Masruri sangat disegani dan dihormati oleh masyarakat sekitar, selain karena keilmuan beliau tapi juga karena jiwa kepemimpinannya. Kyai Masruri menjabat sebagai Rois Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah (PWNU), Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Brebes, juga Ketua Dewan Pengawas Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

Kyai Masruri atau yang biasa dipanggil "abah yai" wafat di Rumah Sakit Al Ansor Kota Madinah, Saudi Arabia pada tanggal 20 November 2011. Biasanya jamaah haji atau umroh yang mendapatkan bimbingan di Al Hikmah ikut berziarah ke makam abah yai. Sepeninggal Abah yai Al Hikmah 2 saat ini diasuh oleh putra beliau KH. Solahudin Masruri.

Jika melihat bangunan Pondok Pesantren yang berdiri saat ini kita pasti tidak akan percaya karena sudah sangat jauh berbeda seperti pada saat awal berdirinya pesantren. Kesan modern dan kekinian terlihat disetiap sudut bangunan. Namun perkembangan pondok pesantren yang begitu hebatnya tidak meninggalkan esensi utama dari Pondok Pesantren tersebut, yaitu mengajarkan Al Quran, ilmu agama, dan yang tidak hilang adalah belajar kitab kuning yang masih ada hingga saat ini. (/Ridlo)