KANGENTRAVELING.COM - Ritual Micen pembuang sial merupakan ritual masyarakat yang melarung atau membuang hidangan dari jagung maupun ketan yang sudah diberi doa oleh pemangku adat Ngasa Desa Gandoang.
Ritual tersebut sebagai simbol untuk membuang segala kesialan. Masyarakat Desa Gandoang percaya bahwa hal yang tidak baik akan musnah dari Desa Gandoang, Salem Brebes.
Dari ritual tersebut, harapannya membawa keberkahan dan kebaikan untuk masyarakat secara turun-temurun.
Mengenal Ritual Micen Pembuang Sial Dalam Upacara Ngasa
Upacara adat Ngasa merupakan ritual adat yang memiliki makna nilai budaya dan filosofi. Bahkan upacara tersebut telah lama dilaksanakan sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat di kaki Gunung Sagara dan Kumbang.
Upacara adat tersebut merupakan bentuk syukur kepada Maha Pencipta atas segala karunia dan rahmat-Nya. Sehingga masyarakat bersedekah hidangan nasi jagung dan lainnya yang berasal dari lingkungan Desa Gandoang.
Bahkan upacara adat tersebut telah tercatat dalam perjalanan Bupati Brebes Kanjeng Arya Tjandranegara I pada acara Tournee tahun 1884 ke wilayah Gunung Sagara.
Upacara Ngasa telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2019.
Pelaksanaan Ritual Micen
Ritual Micen pembuang sial dilaksanakan sebelum acara doa bersama yang biasanya dipimpin oleh pemangku atau juru kunci Desa Gandoang. Tempat pelaksanaan upacara Micen dilakukan di puncak Gunung Sagara saat tengah malam.
Setelah doa tersebut selesai sekitar pukul 11 atau 12 siang kemudian mereka turun di Pagedongan. Hidangan atau makanan yang terbuat dari ketan dan jagung dimasukkan dalam Gedong Jimat dan diberi doa bersama.
Sejak pagi masyarakat bersama-sama membawa hidangan dari ketan dan jagung dengan menempuh jarak sekitar 2 km. Untuk sampai ke lokasi upacara Micen, membutuhkan waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam.
Medan ke lokasi tidaklah mudah, karena terdapat medan yang menanjak. Masyarakat tersebut kemudian berhenti pada sebuah tempat yang bernama Gedong Jimat.
Terdapat sebuah gubuk Ritual Micen pembuang sial yang telah dikelilingi kawasan hutan khas dan bambu. Untuk sampai lokasi, masyarakat pertama kali ke Pancuran Lima. Hal tersebut untuk mensucikan diri dengan berwudhu.
Setelah itu, berkumpul menjadi satu untuk melakukan doa bersama dengan menggelar tikar dan menaruh hidangan tersebut untuk didoakan. Pemangku memulai prosesi acara doa bersama tersebut. Setelah semua ritual selesai, hidangan tersebut dilarung.
Masyarakat menyerahkan hidangan tersebut ke sang penguasa alam dan mereka berdoa bersama memohon keselamatan sekaligus keberkahan untuk masyarakat Gandoang.
Lokasi Pelaksanaan Upacara Adat Ngasa
Pelaksanaan upacara adat tersebut tidak hanya digelar di Gandoang Salem saja.
Namun terlaksana di Kurung Ciung Ciputih, Jalawastu Ciseureuh, Marenggeng Bantarkawung, Permana Jemasih, Selagading Cieseureuhdan Blandongan Banjarharjo.
Kekayaan budaya dan ritual Micen pembuang sial merupakan bagian dari objek pemajuan kebudayaan daerah (PPKD) Brebes tahun 2018. Bahkan sebelumnya telah dilaksanakan hal yang sama di Jalawastu selama 7 tahun.
Harapan masyarakat dari adat Ngasa Gandoang, akan menjadi pemantik event seni tradisi di Gunung Sagara. Sedangkan penyelenggaraan Ngasa di Jalawastu merupakan penggabungan pelaksanaan Ngasa di Sela Gading.
Sedekah gunung tersebut menjadi sangat penting bahkan dalam kebudayaan agraris karena representasi gunung menjadi salah satu utama dalam keyakinan masyarakat.
Keberadaan Gunung Sagara menjadi tempat yang paling potensial untuk mengundang wisatawan agar datang ke Desa Gandoang.
Ritual Micen pembuang sial akan terus dilaksanakan. Bahkan kedepannya akan ada perbaikan segala fasilitas ke Gunung Sagara sehingga akses ke tempat tersebut menjadi mudah. Selain itu, akan ada fasilitas lainnya yang mendukung kemajuan tempat tersebut.